Rabu, 15 Agustus 2012

Keutamaan Susu


A. MENCAMPUR SUSU DENGAN AIR

1. Dari Anas  radhiyallahu'anhu, dia berkata :

"Rasululloh Shalallohu'alaihi Wassalam dihidangkan susu yang sudah dicampur dengan air sumur; di sebelah kanan beliau orang Arab badui sementara di sebelah kiri beliau Abu Bakar ash-Shiddiq,. Kemudian beliau pun meminumnya, lalu memberikannya kepada orang Arab badui yang ada di sebelah kanannya seraya bersabda :"Mulailah dari sebelah kanan terlebih dahulu." [1]

2. Dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu'anhu, dia berkata :
"Nabi Shalallohu'alaihi Wassalam bersama seorang shahabatnya (Abu Bakar) bertamu di salah satu rumah kaum Anshar. Kemudian beliau berkata kepada orang Anshar tersebut : "Apabila kalian mempunyai air yang diembunlkan dalam kendi semalam, maka tuangkanlah ke dalam bejana untuk kami. Jika tidak, maka kami akan meminum langsung." Jabir meneruskan : " Orang Anshar itu berkata  : " Wahai Rasululloh, aku mempunyai air yang diembunkan, karena itu bergegaslah ke kemah, tempat air itu berada." Jabir melanjutkan lagi : " beliau pun bergegas menuju kemah bersama Abu Bakar dan orang Anshar tersebut, lalu air itu dihidangkan dan dicampur dengan air susu kambing." Jabir masih melanjutkan : " Rasululloh Shalallohu'alaihi Wassalam dan Abu Bakar pun lantas meminumnya."

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari [2]. Dia sendiri memberikan judul bab (pembahasan) untuk kedua hadits tersebut, yaitu Bab "Syurbul Laban bil Maa' (Minum Susu Dicampur Dengan Air).

Al Hafizh menjelaskan : "Mereka mencampur susu dengan air, karena suhu susu yang baru diperah panas, sedangkan negeri itu, yakni Hijaz, adalah daerah yang panas; maka dari itu mereka mencampur susu dengan air dingin."[3]

3. Hadits panjang tentang hijrah, yang dikenal dengan hadits rihal (perjalanan), yakni yang diriwayatkan oleh Muslim[4]
Abu Bakar radhiyallahu'anhu berkata :
" Kemudian, aku menemui Nabi Shalallohu'alaihi Wassalam, namun aku tidak ingin membangunkan beliau yang sedang tidur, aku pun menunggu sampai beliau bangun. Ketika bangun, langsung aku sodorkan susu yang sudah dicampur dengan air hingga mendingin, lalu aku berkata : "Wahai Rasululloh, minumlah susu ini." Abu Bakar melanjutkan : "Beliau pun meminumnya sampai aku merasa puas." dan seterusnya.

Imam Ibnu Hubairah berkata ; "Hadits ini juga memberikan petunjuk agar seseorang menghilangkan rasa haus pada cuaca yang panas dengan minum susu yang dicampur dengan air dingin." sampai pada perkataannya :"dan ini menunjukkan bahwa Abu Bakar memberikan susu yang sudah didinginkan dengan air agar Rasululoh Shalallohu'alaihi Wassalam menikmatinya-karena dinginnya-bukan dimaksudkan sebagian dari (wujud) kemewahan, sebagaimana anggapan orang-orang jahil, melainkan hal itu sebagai bentuk ibadah."[5]

B.DO'A SETELAH MINUM SUSU
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhu, dia berkata :
Rasululloh Shalallohu'alaihi Wassalam aku dan Khalid, bertamu ke rumah Maimunah; lalu dia menghidangkan kepada kami bejana berisi susu. Beliau pun meminumnya. Saat itu aku berada di sebelah kanan beliau, sedangkan Khalid berada di sebelah kiri. Beliau berkata kepadaku : "Sekarang giliranmu, namun jika kamu lebih mengutamakan Khalid, aku akan memberikan ini kepadanya." Aku berkata : " Aku tidak akan mengutamakan seorang pun untuk minum dari bejana bekas engkau." kemudian, beliau bersabda : "Siapa saja yang Alloh berikan makanan kepadanya, hendaklah ia berucap : Allohumma baa rik lanaa fiihi wa atho'imnaa khoyraan minhu ( Ya Alloh, berkahilah makanan kami dan karuniakanlah kepada kami makanan yang lebih baik (makanan Surga)." Dan siapa saja yang Alloh karuniakan susu hendaklah berucap : Allohumma baa rik lanaa fiihi wazidnaa minhu (Ya Alloh, berkahilah susu ini dan karuniakan kepada kami yang lebih banyak)." lalu beliau bersabda : " Tidak ada yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu."

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud as-Sijistani, Abu Dawud ath-Thayalisi dan an-Nasai.[6]
Tentang hadits ini, at-Tirmidzi berkata : "Hadits ini hasan." dihasankan oleh Ibnu Hajar dan al-Albani dalam Silsilatush Shahiihahnya. Walloohul muwaffiq[7]

C. BERKUMUR-KUMUR SETELAH MINUM SUSU DAN SEJENISNYA
1. Al Bukhari [8] meriwayatkan hadits dalam bab 'Man Madhmadha minas Sawiiq wa lam Tayawadhdha' (Berkumur-kumur dengan Makanan dari tepung dan Tidak Berwudhu)."
Dari Suwaid bin an-Nu'man radhiyallohu'anhu :
"Dia ikut serta keluar bersama Rasululloh radhiyallohu'anhu pada tahun penaklukkan Khaibar. Hingga ketika mereka sampai di ash-Shahba', daerah terdekat dengan Khaibar, beliau turun dan mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu, beliau meminta bekal, namun yang bisa dihidangkan hanya tepung. Beliau pun menyuruh agar (tepung itu) dicampur dengan air. Sesudah itu, beliau makan dan kami pun ikut makan. Seusai makan beliau bersiap-siap untuk mengerjakan shalat Maghrib; beliau berkumur-kumur dan kami pun ikut berkumur-kumur. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat tanpa berwudhu terlebih dahulu."

Ibnu hajar menyebutkan dalam Fathul Baari : "Al-Bukhari menjadikan hadits ini sebagai dalil atas bolehnya melakukan dua kali shalat atau lebih dengan satu kali berwudhu' dan sunnahnya berkumur-kumur setelah makan."[9]

2. Al-Bukhari meriwayatkan [10] hadits dalam Bab "Hal Yumadhmidhu minal Laban (haruskah berkumur-kumur Setelah Minum Susu?)."
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhu, dia berkata bahwasanya Nabi Shalallohu'alaihi Wassalam meminum susu, kemudian berkumur-kumur, lalu bersabda :
"Sesungguhnya susu itu mengandung lemak."[11]

Ibnu hajar menyebutkan dalam Fathul Baari : "hadits itu menerangkan alasan Nabi Shalallohu'alaihi Wassalam berkumur-kumur setelah minum susu, sekaligus menunjukkan sunnahnya berkumur-kumur setelah makan/minum dari sesuatu yang mengandung minyak/lemak."[12]

Ibnu Muflih rahimahulloh menyebutkan dalam al-Aadaabusy Syar'iyyah : "Disunnahkan berkumur-kumur setelah minum susu." Dia juga berkata : "Sunnahnya berkumur-kumur dari makan/minum sesuatu yang mengandung minyak didasarkan pada alasan yang disampaikan Nabi Shalallohu'alaihi Wassalam."[13]

{Dinukil dari Kitab Menghidupkan Sunnah-Sunnah yang Terlupakan, Haifa binti Abdullah ar-Rasyid, Pustaka Imam Syafi'i}

----------------------------------------------------------------------------
Foot Note 

[1] HR Bukhari (5612-5619) dan Muslim (2029)

[2] HR Bukhari (5613)

[3] Fathul Baari (X/78)

[4] No 2009

[5] Al Ifshaah (I/61)

[6] Ahmad (1978/2569), at-Tirmidzi (3455), Ibnu Majah (3322), Abu Dawud (3730), Abu Dawud ath-Thayalisi (2723) dan an-Nasa-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (hal 287)

[7] No 2320

[8] No 209

[9] I/374

[10] No 211

[11] HR Muslim (358)

[12] I/374

[13] III/211

Tidak ada komentar:

Posting Komentar