Sepantasnya
bagi seorang penuntut ilmu untuk tidak bergaul kecuali dengan orang
yang bisa memberinya faedah (lmu) atau dia (teman tersebut) bisa
mengambil faedah (ilmu) darinya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari
Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam :
“Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan binasa.” (HR. Ibnu Abdilbar dalam Kitabul ‘Ilmi)
“Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan binasa.” (HR. Ibnu Abdilbar dalam Kitabul ‘Ilmi)
Bila
dia hendak ikut dalam pertemanan atau diajak berteman dengan seseorang
yang menyia-nyiakan umurnya, tidak bisa memberinya faedah (ilmu), tidak
pula bisa mengambil ilmu darinya, tidak bisa menolongnya untuk urusan
yang sedang ditempuhnya (yakni ilmu), maka hendaknya dia dengan lemah
lembut memutus jalan pertemanan tersebut dari awal, sebelum hubungan itu
menjadi erat. Karena bila sesuatu telah kokoh, akan sulit
menghilangkannya. Dan di antara ucapan yang beredar di kalangan fuqaha:
“Mencegah lebih mudah daripada menghilangkan.”
Bila
dia membutuhkan teman, hendaknya dia memilih orang yang shalih,
beragama, bertakwa, wara’, cerdas, banyak kebaikannya lagi sedikit
keburukannya, baik dalam bergaul, dan tidak banyak berdebat. Bila dia
lupa, teman tersebut bisa mengingatkannya. Bila dia mencoba mengingat,
teman ini bisa menolongnya. Bila dia sedang membutuhkan, temannya ini
bisa membantu. Bila dia sedang bosan, teman ini bisa menyabarkan
dirinya.
(Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim, karya Ibnu Jamaah Al-Kinani Rahimahullah, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, hal. 83-84)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar